Kalo kita
ngomongin soal mitologi pasti sangat seru yaa.... di Indonesia banyak banget
cerita – cerita mitologi yang beredar di masyarakat, ada yang menganggap itu
hanya dongeng orang dulu, ada juga orang yang mempercayai mitologi!! Salah satu mitologi yang beredar ditengah
masyarakat adalah mitologi batu naga.... berikut ceritanya.....
Naga adalah sosok mitologi yang
sampai sekarang belum dapat dibuktikan kebenaran akan eksitensinya. Khususnya
di Indonesia, beberapa prasasti sampai dengan kebudayaan juga memiliki keterkaitan dengan sosok satu ini.
Dari beragam
cerita – cerita tentang naga di Indonesia, setidaknya ada dua daerah yang
memiliki mitos kuat bahwa pada zaman dahulu kala ada sosok ular yang sangat
besar dan mendiami tempat tersebut.
Pertama, Watu Ulo
Mitos
pertama adalah yang ada dan dipercaya oleh warga kecamatan Ambulu, kabupaten
Jember yaitu Watu Ulo. Meski mitos ini belum bisa dibuktikan secara ilmiah,
namun ada fakta – fakta unik yang membuat masyarakat percaya mitos tersebut. Salah satunya adalah bahwa
panjang batu yang seperti ular tersebut diketahui sangat panjang dan besar.
Konon, dipercaya bahwa wilayah pantai selatan
tersebut dihuni oleh seekor ular yang sangat besar bernama Nogo Rojo. Hewan besar ini memiliki sifat yang sangat rakus dengan
memakan semua ikan dan binatang lain yang ada di wilayah tersebut sehingga
mayarakat tidak bisa mencari makanan karena telah habis.
Lantas,
tersebutlah dua orang pemuda bernama Raden Said dan Raden Mursodo yang
bersaudara. Kedua pemuda tersebut adalah anak angkat dari Nini dan Aki Sambi,
pasangan yang sudah berusia cukup tua. Raden Said dalam cerita ini dipercaya sama
dengan Raden Said yang nantinya dikenal dengan sebutan Sunan kalijaga.
Singkat cerita,
legenda mengatakan bahwa kedua pemuda tersebut memancing di tempat Nogo Rojo
tinggal. Karena semua hewan di sana telah dimakan oleh sanh ular raksasa, maka
kedua pemuda tersebut tak berhasil mendapatkan ikan satu pun. Hingga akhirnya,
kail Raden Mursodo berhasil mengait satu ikan yang disebut ikan mina.
Ikan mina
itu ternyata bisa berbicara. Dia meminta agar dilepaskan dan tidak dibunuh
untuk dijadikan makanan. Sebagai gantinya, ikan mina tersebut akan memberikan
sisik yang bisa berubah menjadi emas untuk Raden Mursodo. Raden Mursodo
menyetujuinya dan melepas ikan mina itu kembali kelaut.
Namun tak
berapa lama kemudian, ternyata muncullah Nogo Rojo dan langsung memakan ikan
mina yang sudah dilepaskan oleh Raden Mursodo. Geram, Raden Mursodo segera melawan
sang ular raksasa dan membelah tubuhnya menjadi tiga bagian. Inilah yang menjadi
asal muasal terbentuknya Watu Ulo di pantai
Jember.
Saking besarnya,
tiga bagian ular raksasa itu terpencar. Bagian
badannya berada di pantai Watu Ulo Jember. Bagian kepalanya berada di Grajakan
Banyuwangi dan bagian ekornya berada di Pacitan. Potongan tubuh Nogo rojo
itulah yang kemudian hingga saat ini dipercaya menetap di pantai Watu ulo di
dan menjelma menjadi batu - batuan yang
menjorok ke laut.
Versi lain
dari mitos Watu Ulo adalah bahwa batu panjang tersebut merupakan perwujudan
naga yang sedang tertidur dan bersemedi. Naga tersebut diutus oleh Ajisaka
untuk bersemedi dan nantinya dipercaya bahwa naga itu akan terbangun dan
menjadi manusia. Versi ini ada di dalam buku mitos dalam tradisi lisan
Indonesia, karya Dr Sukatman M.Pd.
Kedua Tapaktuan
Legenda
Tapaktuan ini adalah cerita rakyat Tapak Tuan, Aceh selatan. Dalam cerita
tersebut mengisahkan ada sepasang naga jantan dan betina yang mendapatlkan seorang bayi manusia yang kala
itu sedang terombang ambing dilautan yang ganas diatas sebuah perahu.
Dikarenakan memang
kedua naga ini sudah lama ingin memiliki
anak, maka mereka berdua memutuskan untuk mengambil bayi tersebut sebagai anak
mereka dan diberikan nama Putri Bungsu.
Tahun ke
tahun berlalu, Putri Bungsu tumbuh dewasa dan menjadi seorang wanita yang
cantik. Singkat cerita, Putri Bungsu akhirnya mengetahui bahwa dia bukanlah
anak kandung dari dua naga itu dan mendapatkan informasi bahwa dia adalah anak raja.
Oleh karenanya dia melarikan diri untuk kembali ke orang tuanya yang asli.
Tentu saja
karena pelariannya itu kedua naga tersebut marah dan berusaha mengejar Putri
Bungsu. Di tengah aksi kejar tersebut, muncullah seorang petapa asli yang
bernama Tuan Tapa.
Dia ingin
menghentikan dua naga tersebut karena memang putri bungsu adalah seorang
manusia dan tidak mungkin di lahirkan oleh naga. Oleh karena itu Tuan Tapa
akhirnya bertempur mati – matian melawan kedua naga tersebut.
Karena kalah
kesaktian, naga jantan di pukul oleh Tuan Tapa dengan menggunakan tongkat
hingga hancur berkeping – keping. Tubuh naga yang hancur tersebut berserakan
dan menjadi batu, sedangkan naga betina juga tidak dapat menandingi kesaktian
Tuan Tapa dan melarikan diri.
Percaya tidak
percaya di Tapak Tuan sendiri terdapat tapak kaki raksasa di tepi pantai,
banyak yang mempercayai jejak kaki raksasa ini sebagai bukti terjadinya pertarungan
yang hebat antara Tuan Tapa dan kedua naga tersebut
Apapun versinya,
mitos dan legenda yang beredar tentang fenomena
unik alam seperti Watu Ulo dan Tapak Tuan, tentunya sangat menarik untuk
digali. Legenda semacam ini juga menjadi kekayaan tersendiri bagi kebudayaan
dan folklore masyarakat Indonesia.
Bagi temen –
temen yang ingin membuktikannnya silahkan berkunjung ketempat – tempat tersebut.....
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar